Halaman
19
Kesehatan Kita
2
Kesehatan Kita
Materi Pembelajaran
A. Mengidentifikasi Unsur-Unsur Puisi
B. Menceritakan Pengalaman
C. Membaca Ekstensif Teks Nonsastra
D. Menulis Paragraf Deskriptif
20
Bahasa Indonesia Kelas X SMA/MA
Kesehatan
Kita
Mendengarkan
Puisi
Mendengarkan pembacaan puisi
Memahami unsur-unsur pembangun puisi
Mengidentifikasi
unsur-unsur puisi
Tema
Pesan
Isi/makna
Sajak/rima
Diksi/pilihan kata
Berbicara
Cerita
pengalaman
Mengingat cerita yang berkesan
Memahami teknik bercerita yang baik
Bercerita pengalaman dengan teknik yang
baik
Memilih cerita
Sikap waktu bercerita
Suara/volume saat bercerita
Ekspresi wajah
Penyampaian cerita
Membaca
Ekstensif
Membaca dua teks yang mirip
Memahami isinya
Menemukan ide/gagasan dari teks
Persamaan isi
Perbedaan isi
Menulis
Paragraf
deskriptif
Memahami pengertian paragraf deskriptif
Memahami pola-pola pengembangan paragraf
deskriptif
Berlatih membuat paragraf deskriptif
Spasial
Peristiwa
Objek
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
21
Kesehatan Kita
A.
Mengidentifikasi Unsur-Unsur Puisi
1.2 Mendengarkan (Sastra)
Tujuan Pembelajaran:
Kamu akan mampu mengidentifikasi unsur-unsur bentuk puisi yang disampaikan secara
langsung atau rekaman.
Pernahkah kamu mendengarkan sebuah pembacaan puisi? Bagaimana
kesanmu? Kamu sebagai pelajar tentu tidak hanya mendengarkan saja, namun
kamu harus dapat mengidentifikasi unsur-unsurnya. Apa saja unsur-unsur yang
perlu diidentifikasi dalam puisi?
Unsur-unsur puisi yang perlu kamu identifikasi antara lain sebagai berikut.
1. Tema Puisi
Tema merupakan gagasan pokok penyair yang dituangkan dalam bait-bait
puisinya. Tema berasal dari berbagai masalah/peristiwa di sekitar kehidupan
penyair. Tema adalah langkah dasar penyair dalam menyusun puisinya.
2. Pesan Puisi
Pesan disebut juga amanat puisi. Pesan adalah sesuatu yang ingin disampaikan
penyair kepada pembacanya/pendengarnya. Pesan merupakan nilai yang
didapat dan dilihat dari sudut pandang penyair, sedangkan kesan adalah nilai
dari segi pembaca atau pendengar.
3. Makna Puisi
Makna puisi adalah isi yang tersirat dalam puisi tersebut. Untuk menemukan
isi puisi, kamu harus mendengarkan pembacaan puisi dengan saksama dan
memahami simbol atau lambang dari puisi.
Contoh:
Aku
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu!
(Deru Campur Debu, Chairil Anwar)
Dari bait puisi di atas, dapat ditemukan isinya, yaitu sebagai berikut.
Dalam sajak di atas menampilkan ide atau gagasan individualisme di
Aku
yang ingin hidup mandiri.
Ku mau
menunjukkan semangat individualisme si
penyair.
22
Bahasa Indonesia Kelas X SMA/MA
Si
Aku
dengan kemauannya sendiri menolak orang lain untuk bersedih pada
saat kematiannya. Bahkan orang yang paling dekat dengan dia tidak perlu
bersedih pada saat kematiannya nanti. Orang yang paling dekat dengan dia
pun tidak perlu bersedih sebab hidup-mati itu adalah tanggung jawab pribadi.
Oleh karena itu
tak perlu sedu sedan itu!
4. Sajak/Rima
Keindahan sebuah puisi terdapat pada rima/sajak bunyi di akhir baris sesuai
pilihan kata yang digunakan.
Contoh:
Hati yang masygul menjadi sena
ng
Sukma riang terbang melaya
ng
Karna lahir kerinduan semala
m
Ribaan Hua yang ku kena
ng
Kudapat terang kasih dan saya
ng
Serta damai hati di dala
m
(Bulan Terang, JE. Tatengkeng)
Dalam sajak di atas yang dominan adalah bunyi sengau/ng, m, n/. Bunyi
sengau dalam sajak ini mendukung suasana bunyi yang khusuk dan rasa
senang si aku karena ia mendapat kasih sayang, serta kedamaian hati sebab
kerinduannya pada Hua (Tuhan) hadir pada dirinya dan hatinya.
Perhatikan pula sajak akhir baris, kekonsistenan pada keindahan rima/sajak
ditonjolkan pada kata /sena
ng, melaya
ng, semal
am, ku kena
ng, saya
ng, dan
dal
am/.
5. Diksi/Pilihan Kata
Diksi adalah pilihan kata yang digunakan oleh penyair untuk mewakili apa
yang dipikirkannya sebagai media ekspresi dalam puisi. Pengarang
menggunakan citraan, majas, kata asing, atau kata lain untuk mewakilinya.
Penyair sengaja memilih kata yang tepat untuk menunjukkan keindahan
sebuah puisi. Keterikatan rima antara baris satu dengan baris yang lain akan
menimbulkan kesan bahwa itulah keunikan bahasa dalam puisi.
Sebagai sarana berlatih, dengarkanlah pembacaan puisi yang diputarkan
melalui kaset oleh gurumu, namun jika tidak ada dengarkanlah pembacaan puisi
berikut yang akan dibacakan oleh salah seorang temanmu!
Padamu Jua
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu
23
Kesehatan Kita
Kaulah kandil kemerlap
Pelita Kaulah jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku, gila sasar
Sayang terulang padamu juga
Engkau pelik penarik ingin
Serupa dara di balik tirai
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu-bukan giliranku
Matahari-bukan kawanku ....
(Amir Hamzah dalam Nyanyian Sunyi)
Sawah
Sawah tersusun di lereng gunung,
Berpagar dengan bukit barisan,
Sayup-sayup ujung ke ujung,
Padi mudanya hijau berdandan,
Di dangau perawan duduk menyulam,
Matanya memandang padi huma,
Sekali-kali ia bernalam,
Dipetik dari hati mudanya,
Kalu turun pipit berkawan,
Merayap hingga ke mayang padi,
Terdengar teriak suara perawan,
Menyuruh pipit menjauhkan diri,
24
Bahasa Indonesia Kelas X SMA/MA
Kalau pipit sudah terbang,
Melayang hilang pulang ke rimba,
Perawan bernyanyi menembang tembang,
Menyesali pipit tak tahu iba,
“Mengapa engkau ajuhai pipit,
Tak tau diarti iba kasihan,
Badanku payah menanggung sakit,
Mencucur keringat sepanjang zaman,
Padi kupupuk sejak semula,
Engkau tahu memakan apa saja?”
A. Hasymy
Lakukan latihan berikut!
1. Dengarkanlah pembacaan puisi.
2. Tulis puisi tersebut.
3. Coba identifikasikan unsur-unsur yang terdapat dalam puisi tersebut.
4. Tukarkan dengan kawan lain untuk diberi masukan.
5. Kumpulkan kepada guru untuk diberi nilai.
Kamu sudah mendengarkan pembacaan dua puisi di atas
bersama teman-
temanmu. Identifikasilah unsur-unsur puisi di atas dari sudut pandang
berikut!
Kerjakan di buku tugasmu!
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Unsur
Puisi 1
Puisi 2
Tema
Pesan
Arti/makna
Sajak/rima
Diksi
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
Kerjakan di buku tugasmu!
1
1
25
Kesehatan Kita
Gaya Bahasa
Gaya bahasa atau majas dapat diartikan sebagai cara untuk berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa, baik secara lisan maupun secara tertulis. Gaya
bahasa juga berarti cara orang berbahasa yang dapat menimbulkan kekuatan,
sehingga menarik perhatian orang.
Majas adalah pemakaian kata yang melewati batas-batas makna yang lazim
atau yang menyimpang dari makna harfiah. Majas berfungsi untuk menarik
perhatian orang lain ketika seseorang mengomunikasikan ide/gagasannya kepada
orang lain, baik secara tertulis maupun secara lisan. Dengan kata lain, majas
berfungsi untuk meningkatkan efek berbahasa.
Banyak orang berbeda pendapat tentang penggolongan majas ini. Secara
umum, majas dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu majas pertentangan, majas
perbandingan, dan majas penegasan.
1. Majas Perbandingan
Majas perbandingan berarti membandingkan benda/hal yang satu dengan
benda/hal yang lain. Perbandingan itu ada yang secara eksplisit menggunakan
kata pembanding, tetapi juga ada yang dibuat secara implisit (tanpa kata
pembanding).
Macam-macam majas perbandingan antara lain sebagai berikut.
a. Majas personifikasi adalah gaya bahasa yang disusun dengan cara
menganggap benda mati seolah-olah dapat berbuat seperti manusia.
Contoh:
Di bawah
senyum rembulan
yang ramah, kedua remaja itu
memadu janji.
b . Majas metafora adalah gaya bahasa dengan membandingkan dua hal yang
mempunyai kesamaan sifat, dan tidak memakai kata pembanding.
Contoh:
Dewi malam
baru saja turun dari peraduan. (bulan).
c. Majas perumpamaan dapat disusun dengan membandingkan secara
langsung antara dua benda dengan menggunakan kata pembanding,
misalnya umpama, laksana, misal, seperti, bagaikan, laksana, dan
sebagainya.
Contoh:
Wajahnya pucat
bagai
bulan kesiangan.
d. Majas asosiasi dapat disusun dengan menghubungkan benda-benda yang
mempunyai sifat yang sama.
Contoh:
Kalau ingin lancar nasibmu, kasih saja dia
amplop
.
26
Bahasa Indonesia Kelas X SMA/MA
e. Majas alegori adalah suatu majas yang memakai perbandingan langsung,
biasanya binatang, dalam bentuk cerita yang sangat pendek.
Contoh:
Di kantor ini ada seekor
tikus
yang menyebarkan bau busuk,
suka kasak-kasuk, doyan makan kertas dan besi, jika direktur
pergi tikus itu berkeliaran di atas meja.
f. Majas metonimia adalah majas yang menggunakan hubungan asosiasi,
antara sesuatu yang dimaksud, dengan yang dinyatakan.
Contoh:
Dia datang memakai
Fiat
bukan Ford.
2. Majas Pertentangan
Macam-macam majas pertentangan antara lain sebagai berikut.
a. Majas hiperbola, yaitu cara mengungkapkan suatu ide/gagasan dengan
cara melebih-lebihkan, sehingga kadang-kadang tidak masuk akal dan
tidak mungkin terjadi. Yang dilebih-lebihkan bisa jumlah, ukuran,
maupun sifatntya.
Contoh:
Samson menendang bola sampai ke
kaki langit
.
b . Majas litotes, yaitu cara mengungkapkan ide/gagasan/pendapat dengan
cara merendahkan diri untuk menghargai lawan bicara dan untuk
kesopanan.
Contoh:
Silakan mampir ke
gubuk
saya, Bu!
c. Majas ironi, yaitu cara mengungkapkan sesuatu dengan mengatakan
sesuatu yang berlawanan dengan kenyataan yang ada, dan digunakan
untuk menyindir lawan bicara.
Contoh:
Alangkah
sedapnya
masakan ini walaupun kurang garam.
d. Majas sinisme ialah cara mengungkapkan majas yang lebih kasar daripada
ironi dengan disertai sikap yang tidak enak, bahkan sering lebih berterus
terang.
Contoh:
Ah,
tidak sudi
saya melihat wajahmu yang tampan itu!
e. Majas sarkasme adalah cara pengungkapan yang sangat kasar, seperti
orang marah-marah, dengan mengeluarkan nama hewan sebagai bahan
perbandingan.
Contoh:
Dasar
otak kerbau
, masak empat kali empat kok delapan!
f. Majas eufemisme, yaitu majas yang disusun dengan menggunakan kata-
kata penghalus, agar sopan dan lebih beradab.
Contoh:
Orang itu agak
terganggu
pikirannya.
g. Majas alusio adalah majas yang digunakan dengan menggunakan pantun
atau peribahasa yang telah umum, yang diperkirakan semua orang telah
memahami maknanya, maka tidak perlu diselesaikan.
Contoh:
Dahulu parang, sekarang besi.
27
Kesehatan Kita
3. Majas Penegasan
Ada beberapa majas penegasan, antara lain sebagai berikut.
a. Majas pleonasme yaitu majas yang menggunakan kata secara berlebihan,
mungkin sama arti, atau bersinonim, atau pemakaian kata yang telah
termaktub dalam pengertian kata yang lain.
Contoh:
Naiklah ke atas supaya jelas.
b. Majas paralelisme menggunakan kata-kata secara berulang-ulang. Jika
yang diulang kata awal kalimat disebut anaphora, sedangkan lawannya
adalah epifora.
Contoh:
Ikut hati mati, ikut mata buta, ikut rasa binasa.
c. Majas repetisi, yaitu majas yang menggunakan perulangan kata dengan
tidak memerhatikan letak atau posisi kata itu.
Contoh:
Saya bukan
budak
, bukan
budak
kontrakan, sekali lagi bukan
budak
.
d. Majas tautologi menggunakan kata yang hampir sama pengertiannya
beberapa kali agar lebih dapat dipahami.
Contoh:
Tugas orang tua mengasuh anak, mendidik, dan membesarkan-
nya sampai dewasa.
e. Majas klimaks, yaitu majas disusun dengan cara menyebutkan suatu sifat
secara berurutan yang makin lama makin meningkat.
Contoh:
Dari
kecil
,
kanak-kanak
,
remaja
,
dewasa
, bahkan sampai
tua
sifat
keras kepalamu tidak berubah.
f. Majas antiklimaks, yaitu majas yang disusun dengan cara menyebutkan
secara berurutan sifat dari yang besar yang makin lama makin melemah
atau mengecil.
Contoh:
Jangankan
sejuta
,
seribu
,
seratus
,
sepuluh
rupiah, bahkan
satu
rupiah
, ayahmu baru tak punya uang sesenpun.
g. Majas retoris yaitu majas yang menggunakan kalimat tanya yang tidak
memerlukan jawaban. Jawaban itu telah ada atau terlihat pada konteks
atau situasi ang ada. Majas retoris biasa dipakai oleh orator dalam berpidato
untuk membakar semangat.
Contoh:
Mengapa kamu berbuat sebodoh itu?
h. Majas koreksio, yaitu majas yang dipakai untuk menarik perhatian dengan
cara meralat atau membetulkan bagian yang sengaja dibuat salah.
Contoh:
Orang itu sahabatku, ah bukan, pacarku.
i.
Majas asidenton adalah majas yang menyebutkan beberapa hal berturut-
turut tanpa menggunakan kata penghubung.
Contoh:
Kertas, sepatu, buku, pakaian, semua berantakan.
j. Majas polisendenton adalah majas yang menghubungkan beberapa hal
secara berturut-turut dengan menggunakan beberapa kata penghubung.
Contoh:
Mula-mula dia datang, kemudian duduk, lalu bercerita, dan
menangis tersedu-sedu.